Postingan

Sebuah Kenangan

Memang benar, untuk mendapatkan orang yang lebih baik itu perlu rasanya disakiti dahulu. Aku hanya perlu bersabar dan ikhlas untuk menghadapinya. Pada saat aku jatuh cinta lalu semuanya hilang, semuanya pergi tanpa kejelasan, sakit rasanya. Dan aku pernah merasakannya. Oleh karena itu, sekarang Lebih senang sendiri, tak dekat dan menolak didekati orang lain. Hanya mencintai diri sendiri, dan secinta itu. Sebab dulu, pernah terlalu mencintai tetapi dihancurkan berkeping-keping. Dulu, aku pernah merasakan sakit hati yang mungkin paling terhebat (rasanya pada saat itu). Aku juga pernah sabar, se-sabar-sabarnya orang paling sabar sampai mungkin seperti terlihat bodoh. Akupun menyesal karena pernah terlalu mencintai manusia. Tapi itu Dulu. Dulu, saat aku masih belum mengerti jika berani jatuh cinta yang teramat dalam, maka harus sanggup pula merasakan rasanya patah hati yang pasti teramat dalam pula. Setelah aku tau rasanya patah hati karena terlalu mencintai manusia, aku se

Jangan Banyak Ekspektasi

Gue kali ini pengen cerita, kenapa akhirnya gue berani untuk nulis. Padahal gue sama sekali orang yang gak pandai berkata-kata atau merangkai kata. Gue cuma modal nekat aja. Karena gue pengen nge-share apa yang gue pikirin. Seperti yang gue tulis di Profil, many thing i cannot say with talk, karena public speaking gue jelek, gue masih suka nervous when i talking in front of many people. And well, this is how i say it. Gue merasa, gue itu orang yang kurang berani. Gak pede-an. Kalo harus berbicara secara langsung depan banyak orang(gue pernah nulis soal ini di blog gue sebelumnya). Makanya gue milih nulis. Karena nulis, gue gak harus berdiri didepan orang secara langsung untuk berbicara atau apapun. Tapi bahasan gue kali ini bukan soal Pede. Gue cuma pengen dengan orang baca tulisan gue, mereka dapet sesuatu, dan bisa diambil garis besarnya. Intinya ada manfaatnya atau positif. Kalo masalah ada yang baca atau engga, ya itu urusan belakang, yang penting adalah gue udah bisa share sesua

It's All About Pede

Memang bener sih semua itu tergantung pede. Mau pake baju, kerudung, celana dengan warna yang tabrakan aja kalo kitanya pede ya bakal fine-fine aja sih. Karena satu itu tadi, pede. Kalo orang kaya gue tuh, susah. Gak pede-an pake banget. Ibaratnya aja nih gue mau pergi, itu tuh kalo pake kerudung lamaaaa nya minta ampun, karena gue cobain semua kerudung yang ada di lemari gue(agak lebay sih emang). Even gue Cuma mau keluar buat beli sesuatu aja, dan itu deket pun tetep sama, lama. I dont know why gue mesti se-ribet ini. Dan gue aware itu tuh take times banget. Trus, ujung-ujung nya yang gue pake ya kerudung yang itu-itu aja, kerudung yang seringggg banget gue pake. Karena nyamannya sama kerudung itu. Wkwk Gue aware banget bahwa ini tuh kebiasaan buruk yang semestinya gue buang jauh-jauh. Karena ini bener-bener gak efisien waktu, dan kita semua tau bahwa waktu itu penting. Sangat penting  bahkan. Dan gue buang-buang waktu, buang-buang energi, berlama-lama hanya untuk bercermin, menim

Sebuah Cerita Patah Hati

Sebuah Cerita Patah Hati Tahukah kamu hal yang paling meyiksa? Melihat kekecewaan diwajahmu, melihat matamu yang berkaca, seakan aku rasakan hal yang sama bahkan lebih. Rasanya ingin aku cari seribu cara untuk mengembalikan senyum mu, mengembalikan kebahagiaanmu, tanpa aku sadari kamu adalah sumber kenyamanan. Seandainya kamu tahu apa yang aku rasakan. Rasa itu, degup itu, kembali menghujani hatiku yang sudah lama ku rindu.  Rindu yang sudah lama terkunci dilemari hati pun akhirnya tersampaikan. Kala retina ini menangkap sebuah simpul, senyum mu .  Angin menyelinap lewat sela-sela jendela, padahal sudah ku tutup rapat, tapi tetap saja memaksa masuk. Ternyata itu angin yang membawa rindu, rindu yang ku yakini adalah milikmu. Raut muka itu, senyuman itu, seolah mengembalikan semua gejolak yang pernah ada. Seakan membuai semua rasa didalam raga, membuat aku selalu merasa tenang, membuat jantungku berdetak lebih nyaman. Aku ingin selalu mendampingimu, karena itu kebahagiaanku ya